Senin, 25 Februari 2013

Sekolah Alam Ciliwung Condet

Terima kabar dari teman, ada undangan silaturahmi ke Komunitas Ciliwung Condet yang beralamat di JL Pucung No 6, Kel.Condet Balekambang, Kec.Kramat Jati, Jakarta Timur. Aku sih tidak terlalu asing dengan komunitas ini, karena sebelumnya aku pernah bersilaturahmi ke tempat itu bersama bunda sebelum kami menikah. Komunitas ini adalah salah satu bagian dari aktivitas bunda dulu dan akupun dikenalkan dengan beberapa bagian di komunitas ini. Dan buatku ini adalah salah satu bagian hidup keluarga kami, peduli lingkungan dan peduli sesama. Hal yang perlu kami turunkan kepada anak-anak kami.

Sedikit cerita tentang komunitas ini Komunitas Ciliwung Condet yang tergabung dalam Wahana Komunitas Lingkungan Hidup (WKLH) yang terdiri dari para relawan, mahasiswa dan pelajar, kelompok usaha, warga setempat, dan partisipan warga lainnya yang peduli akan lingkungan alam dan sosial budaya yang ada di sekitar condet yang berada dibantaran kali Ciliwung. Nah untuk kesempatan ini aku mengajak putriku Aileen untuk mengenal Sungai Ciliwung, Salak Condet dan beberapa tumbuhan khas Jakarta.

Kami bertiga (Aku, Bunda dan Aileen) berangkat dari rumah dengan menggunakan kendaraan umum. Motor ku parkir di penitipan motor Bang Iwan yang lokasinya dekat dengan Pintu Tol Cikarang lalu kami naik Elf  59 Jababeka – Cililitan. Tiba di UKI kami turun dan melanjutkan perjalanan dengan naik Mikrolet tujuan Cililitan/PGC dan dari PGC kami naik lagi KWK 07 lalu Jalang Munggang, Pangkalan Bambu.

Sedikit snapshoot di Komunitas Ciliwung Condet














Dan ini merupakan Sekolah Alam buat Aileen

Senin, 18 Februari 2013

Gowes Cibarusah - Penangkaran Rusa (Cariu)


Wahana Wisata Penangkaran Rusa (WWPR), berdiri sejak tahun 1993 di Desa Buana Jaya, Kecamatan Tanjung Sari, Kabupaten Bogor. Atau sekitar 1,5 jam bermobil dari Cibubur, Jakarta Timur, melalui Jalan Raya Jonggol-Cileungsi. Dahulu, WWPR ini dikenal sebagai Penangkaran Rusa Cariu karena, sebelum pemekaran wilayah, lokasinya masuk Kecamatan Cariu, Bogor. Menurut Rachmat, di WWPR kini ada sekitar 70 rusa. Populasi rusa di sini memang dibatasi, disesuaikan dengan luas areal penangkaran yang merupakan sebuah bukit kecil dengan hutan pinus dan semak belukar. Luasnya hanya lima hektar dengan populasi ideal satu hektar untuk 10 sampai 15 rusa. Selain lima hektar lahan untuk tempat tinggal rusa itu, di WWPR masih ada dua hektar lahan yang dikhususkan untuk penanaman/pemeliharaan rumput, deposit makanan utama rusa. Selain itu, masih ada lagi dua hektar lahan yang bisa digunakan untuk berkemah atau melakukan aktivitas wisata alam lain bagi para pengunjung.

Menurut Koordinator Wisata KPH Bogor Tri Ernawati, WWPR memang dibuka untuk umum. Untuk menikmati keelokan rusa-rusa di sana, pengunjung harus membeli karcis masuk sebesar Rp 2.500 per orang. Kalau ingin melakukan aktivitas wisata alam seperti hicking atau out bound, setiap peserta dikenai biaya tambahan Rp 3.000 per orang. Jika ingin berkemah, pengunjung dikenai biaya sewa lahan Rp 300.000 per hari per rombongan. Warga negara asing dikenai Rp 15.250 per orang untuk tiket masuk saja.

Dan aku ingin mencoba gowes ke tempat itu, ditemani oleh Om Kosasih dan Om Agus (goweser perdana) aku memulainya. Kami berkumpul ditempat biasa (Pintu Gerbang Perumahan Graha Bagasasi) puluk 06.00 WIB lalu menyusuri jalan kea rah Bojongmangu. Dari Bojongmangu kami melanjutkan kayuhan sepeda menuju persimpangan jalan Cariu menuju TKP. Jarak yang kami tempuh Cibarusah - Penangkaran Rusa 44 km.




Kayuh – istirahat – kayuh – istirahat begitulah terus menerus dan kahirnya tiba juga di Penangkaran Rusa tepat pukul 13.00 WIB.










Sangat sedikit cerita yang bisa aku tulis, karena pengalaman gowes ini aku lakukan pada 08 Mei 2011. Jadi terpaksa mencoba untuk mengingat kembali.

Rabu, 13 Februari 2013

Gowes Cibarusah - Gunung Batu, Jonggol


Ini bukan gowes pertamaku ke Gunung Batu, namaun ini merupakan tulisan pertamaku tentang Gowes Cibarusah – Gunung Batu. Gowes kali ini akulakukan bertiga bersama Om Kosasih dan Om Sofyan (teman Om Kosasih dang owes perdana beliau ke TKP). Kami berkumpul di Ruko MBJ pukul 06.00 WIB dan langsung menuju Pasar Lama Jonggol untuk sarapan bubur langganan. Agak sedikit lama menunggu bubur yang dipesan karena antrian pelanggan bubur ini cukup banyak. Setelah menunggu sedikit besabar akhirnya pesanan pun datang. Kami tidak berlama-lama sarapan di tempat ini karena target lokasi masih jauh sekali.

Perjalanan menuju Gunung Batu kami melewati jalan Raya Sukanegara sampai dengan kecamatan Sukamakmur. Dan sudah tidak terhitung berapa kali kami istirahat. Sebelum kecamatan Sukamakmur tepatnya jalan di depan Masjid Dewan Dakwah Islamiyah jalan terputus karena longsor. Terpaksa kami menuntun sepeda.


Dibeberapa titik tempat istirahat kami sempat bernarsis ria karena lokasi sangat indah





Akhirnya kami sampai juga di Gunung Batu, suhu saat itu cukup panas. Panas tidak menghalangi kami untuk bernarsis.






Setelah puas menikmati suasana di Gunung Batu, kami pun pulang. Ditengah jalan kami berhenti sejenak untuk membersihkan sepeda yang belepotan.

Senin, 11 Februari 2013

Jalan - jalan @Taman Margasatwa Ragunan



Kebetulan ada acara kumpul bareng sama teman-teman dari SIOUX Lembaga Studi Ular Indonesia, sebuah lembaga studi yang berkonsentrasi pada hewan ular Indonesia. Lembaga ini aku dirikan bersama 3 orang temanku pada 23 November 2003 yang lalu dan saat ini lagi mo ketemuan aja. Untuk acara ini pasti aku mengajak keluargaku, kenapa? Karena lokasi ketemuannya di tempat yang sangat bagus. Sebuah lokasi belajar mengenal hewan tanpa harus ke hutan dan tanpa harus takut juga. Taman Margasatwa Ragunan namanya.

Sedikit cerita soal tempat ini, tempat ini adalah pindahan dari Cikini yang dulunya bernama Planten En Dierentuin dengan luas 10 hektar. Karena lokasinya terlalu kecil, maka Pemerintah DKI Jakarta membuka lahan seluas 30 hektar dipinggiran Ibukota tepatnya daerah Ragunan untuk dipindahkan pada tahun 1964 pada pemerintahan Bpk. Gubernur DKI Jakarta Ali Sadikin. Dan lokasi ini diber nama Taman Margasatwa Ragunan dan dibuka secara resmi pada 22 Juni 1966.

Banyak fasilitas dan sarana hiburan yang tersedia di tempat ini, sepertia :
- Taman Satwa Anak (children zoo), saat ini sedang dalam perbaikan
- Pusat Informasi
- Taman Perahu
- Pusat Primata Schmutzer
- Rakit Wisata
- dan lain-lain
Jadi kalo mao ketempat ini, kondisi badan haruslah fit karena kita akan berjalan kaki di lahan seluas 30 hektar. Bisa dibayangkan mengelilingi lahan seluas itu dengan berjalan kaki.

Kami berangkat dari rumah sekitar pukul 06.45 WIB dengan menggunakan kendaraan umum. Dari terminal bis Lippo Cikarang kami naik bis jurusan Blok M dan turun di shelter Bis Komdak lalu dilanjutkan dengan naik Transjakarta jurusan Kota dan turun di shelter Duku Atas untuk pindah ke jurusan. Dari shelter bis Duku Atar kami naik Transjakarta lagi dengan jurusan Pasar Minggu. Akhirnya kami sampai juga Taman Margasatwa Ragunan pukul 09.30 WIB. Setelah membeli tiket kami langsung ke tempat yang sudah ditentukan untuk kumpul. Oh ya harga tiket untuk tahun 2013 adalah :
- Dewasa Rp. 4.500
- Anak-anak (usia diatas 3 tahun) Rp. 3.500
Sarapan @Bis Lippo
@Transjakarta
@Halte Bis Transjakarta
 
 Selama perjalanan Aileen sangat senang sekali. Dan diperjalanan ini aku hanya berdua dengan Aileen, bunda nyusul karena masih ada pasien. Ini merupakan pengalaman pertamaku jalan berdua sama Aileen untuk jarak jauh. Awalnya aku khawatir kalo diperjalanan nanti Aileen banyak permintaan, maklumlah aileen tergolong anak aktif jadi kalau ga bisa handlingnya kepala jadi nyut-nyutan.

Sebelum ke tempat kumpul kami jalan-jalan sebentar mengunjungi beberapa area, kandang burung, area reptil dan primata serta kandang macan tutul srilangka dan harimau sumatra. Tepat jam 11 siang teman-teman SIOUX sudah datang dan berkumpul.

Depan kandang primata
Depan kandang burung pelikan
Depan kandang burung elang
Harimau Sumatera
Depan aquarium
Depan aquarium
Macan Tutul Srilangka
 
Jam 14.00 bunda pun datang, aileen pun senang orang yang ditunggu-tunggu akhirnya datang juga. Tak terasa jam 15.00 acara selesai dan kamipun bersiap-siap pulang. 50 meter menjelang pintu gerbang hujan turun, kami tertahan di kantor pengelola untuk berteduh. Kurang lebih 20 menit kami berteduh dan akhirnya hujanpun mereda dan kami pun pulang. Tiba di terminal bis Blok M, kami mampir sejenak di sebuah tempat makan masakan Aceh. tempat ini punya cerita senidir untuk kami berdua, sebelum kami menikah kami suka sekali makan di tempat ini. Menu favorit kami berdua adalah Mie Goreng dan Martabak Aceh. Dan kali ini kami datang bertiga layaknya sebuah keluarga, untuk sekedar bernostalgia.
Rumah Makan Bang jali - Masakan Aceh
kompak....