Senin, 24 Desember 2012

Gowes Sendiri ke Sukamakmur

Sendiri ke Sukamakmur

Sampe jam 00.00 WIB belum ada juga sms yang ngajakin gowes minggu besok, akhirnya ditinggal tidur aja deh...

Besok paginya tgl. 23 Desember 2012 nyoba sms Pak Guru (si Om Kosasih) ngajakin gowes dia bilang "ok" dan ditunggu ditempat biasa. tapi ga lama kemudian masuk sms dari pak guru dia bilang ga jadi gowes karena anaknya yang kembar salah satunya sakit. Ya udah dipaksain aja gowes sendiri.

Nyampe di SPBU Cigutul belok kanan mo nyusuri kali kecil sepanjang Jl. Sindang Mulya di kampung Limo. lumayan pemandangannya pagi itu....




Siap-siap berangkat dari rumah jam 05.45 wib menyusuri jalan Cibarusah Raya ke arah Jonggol, masih belum pasti gowesnya mo kemana. Setelah sampe di pertigaan Cibucil Jonggol akhirnya memantapkan diri untuk ke arah Sukamakmur dengan finish kantor kecamatan Sukamakmur.

Gowes santai menyusuir jalan Jonggol Raya ke arah Pasar Lama Jonggol dan berhenti sejenak di KM 0 Jonggol untuk narsis sedikit


Setelah narsis sebentar perjalanan dilanjutkan lagi ke arah Jl. Singajaya - Cibodas lalu belok kanan ke arah Jl. Singajaya - Jeprah dan belok kiri lagi masuk jalan Sukasirna - Jonggol ke arah Pasar Dayeuh. Kurang lebih 1 km menjelang Pasar Dayeuh jalanan becek kayak kobangan kebo, apalagi setelah semalem diguyur hujan.



Tiba di pasar Dayeuh, mampir sebentar di depan kantor Desa Sukanegara dimana didepannya ada Tukang Bubur Cirebon. berhenti disitu dulu untuk sarapan pagi


Selesai sarapan lanjut lagi gowes ke arah Sukanegara masuk di jalan Sukajaya. Selama perjalanan pagi itu hati serasa nyaman, langit cerah bukit-bukit terlihat jelas. Apalagi sungai Cipamingkis yang sudah banyak airnya. Beda dengan beberapa waktu lalu pada musim kemarau, sungai cipamingkis tampak tak berkehidupan, kekeringan melanda sungai itu






Jalan Sukamakmur ini memang mempunyai kontur yang mangtabs "kalo saya bilang", soalnya jalan ini mendaki dan sangat cocok bagi yang suka jalan nanjak. Menyusuri jalan Sukamakmur - Batukapa tepatnya setelah pasar batukapa yang sudah dibongkar ada sebuah warung yang punya pemandangan sangat indah, dimana bila kita duduk diwarung itu disampingnya bisa kita lihat bukit yang sangat indah. Saat itu pemandangan sangat indah, langit cerah dan bersih, bukit itu terlihat jelas. Saya berhenti diwarung itu sambil istirahat sejenak dengan ditemani segelas teh hangat.





Hampir tigapuluh menit saya istirahat di warung itu, pegel-pegel dibagian paha dan dengkul yang overhit pun berkurang sudah, saya lanjutkan gowes pagi itu ke arah yang sudah ditargetkan sebelumnya, yaitu : kantor kecamatan Sukamakmur.
Akhir tapat pukul 08.49 WIB saya sudah tiba di kantor kecamatan Sukamakmur.





Cuaca di daerah Sukamakmur mulai panas, mungkin efek dari hujan semalam. Ga lama di kantor kecamatan, saya akhirnya memutuskan untuk pulang. Dalam hati berfikir gimanan kalo gowes pulang ini tanpa istirahat, mumpung jalannya rata-rata menurun.

Ya sudah mantapkan hati, tegarkan iman gowes pun dilanjut.... menuju rumah idaman.

Lewat Pasar Cibarusah lihat Buah Cimpedak yang memancing hidung untuk mengendusnya.... akhirnya tergoda juga untuk berhenti dan menawar cempedak itu.
Beli 3 buah cempedak lalu diikatkan di stang sebagai oleh-oleh gowes dari Sukamakmur




Akhirnya tiba juga dirumah, jam dinding menunjukkan 10.50 WIB... istirahat sambil ngemil cempedak....



Jumat, 21 Desember 2012

Sahibul Hikayat

Sahibul Hikayat


Sastra lisan yang tergolong sahibul hikayat dalam tulisan ini, ialah cerita-cerita yang berasal dari Timur tengah, antara lain bersumber pada cerita Seribu Satu Malam, Alfu Lail Wal lail. Istilah Sahibul Hikayat yang berarti yang empunya cerita. Dalam Arab : Shohibul Hikayat yang berarti yang empunya cerita. Dalam

membawakan cerita sahibul hikayat juru hikayat sering mengucapkan kata-kata :"Menurut sohibul hikayat", atau kata "sahibul hikayat". oleh karena itu cerita-cerita kelompok ini biasa disebut sahibul hakiyat. Ucapkan demikian itu digunakan untuk memberikan tekanan kepada yang akan diceritakan selanjutnya, yang kadang-kadang merupakan hal yang tidak masuk akal, contohnya sebagai cuplikan berikut."



"..........Jin itu menaroh anaknya di ayunan, Sembari nyanyi di ayun, maksudnya supaya anaknya tidur. Kata Sohibul hikayat, ayuanan itu baru balik sembilan taon kemudian.........." (Diambil dari salah satu mata acara radio swaasta).

Dengan kata-kata sahibul hikayat itu pertanggung jawaban diserahkankepada yang empunya cerita, yang entah siapa. Sahibul hikayat terdapat di daerah tengah wilayah Budaya Betawi atau Betawi kota, antara Tanah Abang dengan Salemba, antara Mampang Prapatan sampai Taman Sari. Pembawa cerita sahibul hikayat, biasa disebut tukang cerita, atau juru hikayat. Juru hikayat yang terkenal pada masa lalu, antara lain haji Ja'far, Haji Ma'ruf kemudian Mohammad Zahid, yang terkenal dengan sebutan " wak Jait". Pekerjaan sehari-hari wak jait selalu mengenakan kain pelekat, berbaju potongan sadariah, berpeci hitam.

Juru hikayat biasanya bercerita sambil duduk bersila, ada yang sambil memengku bantal, ada pula yang sekali-kali memukul gendang kecil yang diletakkan disampingnya, untuk memberikan aksentuasi pada jalan cerita. Sampai jaman Mohammad Zahid yang meninggal dalam usia 63 tahun, pada tahun 1993, cerita-cerita yang biasa dibaawakan antara lain Hasan Husin, Malakarma, Indra sakti, Ahmad Muhamad, sahrul Indra Laila bangsawan. sahibul hikayat digemari oleh masyarakat golongan santri. Dewasa ini biasa digunakan sebagai salah satu media dakwah. Dengan demikian, sahibul hikayat menjadi panjang, karena banyak ditambah bumbu-bumbu. Humor yang diselipkan disana-sini biasanya bersifat improvisatoristis. Kadang-kadang menyinggung-nyinggung suasana masa kini. Setiap celah-celah dalam jalur cerita diselipakan dakwah agama islam. Seperti cerita rakyat lainnya, sahibul hikayat bertema pokok klasik, yaitu kejahatan melawan kebajikan. Sudah barang tentu kebajikan yang menang, sekalipun pada mulanya nampak sengaja dibuat menderita kekalahan.



referensi :DINAS KEBUDAYAAN DAN PERMUSEUMAN PROPINSI DKI JAKARTA, Ikhtisar Kesenian Betawi, 2003

sumber :DINAS PARIWISATA DAN KEBUDAYAAN

sumber: jakarta.go.id

Selasa, 11 Desember 2012

Gowes Cibarusah - Dayeuh - Sukanegara - Sukadamai - Cimenyan - Tegal Panjang

Satu bulan terlewatkan, nulis lagi deh.
Tgl. 8 Desember 2012 kebetulan pas malming silaturahmi ke rumah temem (Pak Guru) rencananya hari minggu mo ngajak gowes. ditemenin sama Om Agus, bertiga ngobrol ngalor-ngidul dan ujung-ujungnya ngajak gowes ke Jonggol.

Ternyata si Pak Guru ga bisa ikutan soalnya tadi pagi abis gowes bareng tetangganya ke Sukamakmur. Dengan berat hati kami berdua tetap ngalanjutin rencana gowes dengan tambahan ngajak Om Martin, tetangganya Om Agus. Jadilah gowes bertiga. 

Seperti biasa sebelum gowes kami kumpul dulu dulu di ruko MBJ, ternyata Om Agus dan Om Martin dah nongkrong duluan. Setelah kumpul kita langsung ngacir ke arah Jonggol. Kami bertiga memang belum sarapan dari rumah jadi mampir dulu ke tukang bubur di Pasar Jonggol lama yang katanya rame. 
Emang ga salah orang bilang, tuh tukang bubur dah dikerumunin pelanggannya sampe-sampe pantatnya aja ga keliatan hihihi..... Dengan penuh kesabaran (alias nunggu antrian) kami menunggu....

Perut dah kenyang,  tinggal bayar.... sekarang waktunya ngacir ke arah Pasar Dayeuh. Kurang lebih 1 jam gowes dan 200 meter melewati Pasar Dayeuh kami belok kiri ke arah sungai Cipamingkis dengan menyebrangi jembatan bambu. Setelah melewati Jembatan Bambu inilah pendakian dimulai, tanjankan berbelok yang boleh dikatakan menyiksa harus dilewati. 
Ada dua pilihan cara melewati tanjakan ini, yaitu dengan tetap menggowes atau mendorong. Pilihan ada pada diri anda hahahahaha....

Setelah tanjakan terakhir, kami berhenti sejenak meninkmati kelelahan yang tak terhingga. Sambil bercerita ngalor-ngidul kami menghilangkan lelah yang menyerang dan pegal yang sudah tak terbilang.
Ada hal yang tidak tertinggal, apapun kondisinya "narsis" haruslah ada hehehe...

Narsis udah, istirahat juga udah, lanjut lagi..... Memang Tuhan Maha Adil setelah disiksa dengan tanjakan yang menguras tenaga akhirnya kami dihadiahkan turunan landai yang cukup panjang. 
Disini kami sangat senang, sepeda tidak perlu banyak digowes tetapi kecepatannya lumayan dengan turunan ini. Dan anginpun menerpa muka yang kelelahan. Kami mampir sebentar disebuh warung, niatnya seh cuma ingin minum tetapi ternyata perut sudah keroncongan jadi kami memsan makanan untuk makan siang.

Kalo Om Agus bilang, "ini warung tumpah". kenapa dibilang warung tumpah? mampir aja dulu dan buktikan....
 

Nah ini dia si preti yang diajak gowes.....