Sabtu, 26 Januari 2013

Gowes Cibarusah - Curug Cigeuntis

Kami (saya, Pak Guru dan Om Agus) merencanakan akan gowes ke Prasasti Batutapak, lokasi yang pernah saya kunjungi minggu lalu seorang diri. Pagi itu kami janjian di ruko MBJ sebagai tikum pemberangkatan, setelah Om Agus disusul Pak Guru yang datang dan ngasih info kalo rombongan sepeda yang ada di blok perumahannya akan berencana gowes ke Curug Cigeuntis dan pak guru menyarankan kita-kita untuk bergabung sekalian mendampingi secara kita-kita pernah kesana. Berembuk sebentar dan akhirnya diputuskan untuk gabung.

Setelah nunggu menunggu, peserta pun datang satu persatu dan akhirnya berangkat juga dan jam di handphone menunjukkan 07.02 WIB. Dalam hati berfikir kalo berangkat jam segini nyampe disana jam berapa ya?. Sebenernya seh ga ada target waktu yang mo dicapai tapi kalo kita berangkat agak pagian disananya bisa istirahat lebih lama dan untuk pulangnya pun ga kemaleman.

Jalur gowes yang akan dilalui dimulai dari Cigutul sesampai Cibenda ada jembatan kecil belok kanan ke arah Ds Nagacipta dan Bojongmangu. Setelah Kantor Kecamatan Bojongmangu kami belok kiri untuk nyebrang menggunakan perahu eretan ke jalan Pengkalan.

Setelah berjam-jam nge-gowes akhirnya nyampe juga di cigeuntis, setelah melewati jembatan kecil yang merupakan batas kawasan hutan wisata cigentis. Cerita sedikit soal Curug Cigeuntis yang berada di Gunung Sanggabuana-Kerawang, konon ceritanya dulu  daerah ini daerah kering  menetaplah seorang putri cantik bernama nyi gentissari yang  saat itu  ingin mandi, ketika itu datanglah seorang wali menyebarkan agama islam dan memohon kepada yang maha kuasa  memberikan air, dengan sekejap turunlah  air terjun  dengan sangat besar sehingga nyi gentisari mandi  dan  berikrar masuk islam.

Mulai dari sana cerita itu berkembang  dan banyaklah  orang menetap di kawasan kaki curug dan pengunjung berdatangan dari berbagai penjuru mandi air terjun dimaksud  dengan tujuan berbeda yang katanya mengandung khasiat dan keramat dengan mitos bisa  mempercepat jodo. Begitulah cerita yang beredar di masyarakat sekitar Gunung Sanggabuana.

Langit di Gunung mulai gelap dan rintik-rintik hujan mengguyur kami saat beristirahat di gerbang Waterboom Curug Cigeuntis, untuk mengejar waktu istirahat yang panjang kami melanjutkan gowes ditengah hujan gerimis dan hanya 10 menit untuk narsisan bareng-bareng.

Selepas gerbang waterboom, jalan menuju Curug Cigeuntis menanjak sampai dengan pintu gerbang Curug Cigeuntis disinilah penyiksaan dimulai. Tanjakan demi tanjakan kami nikmati dengan iklas dan masih dapat dinikmati dengan nyaman tanpa harus TTB karena jalan masih beraspal namun setelah desa terakhir (desa Sanggabuana) permukaan jalan sudah berubah yang tadinya aspal menjadi berbatu+tanah. Formula yang kami gunakan untuk menikmati jalan adalah GCD ( gowes campur dorong) karena jalanan licin seetelah dibahasi hujan gerimis dan tanjakannya yang muangtabs. Akhirnya tepat jam 13.15 kami tiba di gerbang curug cigeuntis. Setelah bayar tiket dan foto-foto sejenak kami lanjutkan mendorong sepeda ke warung yang bakal jadi tempat persinggahan.

Nyampe diwarung, sebagian rombongan bersih-bersih sebentar cuci kaki dan muka bekas semprotan lumpur dari roda. Dan yang lainnya memesan makanan dikarenakan lapar yang tak tertahan. Istirahat, makan dan sholat selesai rombongan bergerak ke curug untuk bernarsis ria, sedangkan saya tetap diwarung untuk istirahat (tidur siang) hehehe... Sambil mendinginkan dengkul yang overheat.

Arah pulang kami tidak melewati jalan Pangkalan namun kami berbelok ke Cariu-Bogor karena direncanakan pulangnya kami tidak akan nge-gowes sampe rumah, kami akan loading angkot aja karena sebagian rombongan sudah menyerah.

Pas adzan magrib kami tiba, lelah menghantui anggota rombongan. Gowes ini merupakan gowes perdana bagi rombongan yang kubawa dan juga dalam program wisudawan goweser komplek perumahan mereka, hahahaha ada-ada saja pak...














Tidak ada komentar:

Posting Komentar